PMRI (Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia) atau RME (Realistic Mathematics Education)
adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil atau
pernah dialami siswa, menekankan keterampilan proses, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat
menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari (teacher telling)
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik
secara individu maupun kelompok dalam kehidupan mereka sehari-hari.
PMRI memiliki prinsip
dan karakteristik yang akan saya jelaskan di bawah J
Menurut Gravemeijer (1994)
merumuskan tiga prinsip RME yaitu:
1.Reinvensi terbimbing dan matematisasi berkelanjutan (guided
reinvention and progressive mathematization),
2.fenomenologi didaktis (didactical phenomenology) dan
3. dari informal ke formal (from informal to formal mathematics;
model plays in bridging the gap between informal knowledge and formal
mathematics) (Gravemeijer 1994, dalam Armanto, 2002, h. 30 – 33).
Karakteristik PMRI
Ada
lima karakteristik PMRI (de Lange dalam Zulkardi, 2005: 14), yaitu:
1.The
use of context (menggunakan masalah kontekstual)
Masalah
kontekstual berfungsi untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi
matematika. Selain itu juga untuk melatih kemampuan siswa khususnya dalam
menerapkan matematika pada situasi nyata.
2.The use of models (menggunakan berbagai model)
Istilah
model berkaitan dengan model matematika yang merupakan jembatan bagi siswa
jembatan bagi siswa dari situasi informal ke formal.
3.Student
contributions (kontribusi siswa)
Menggunakan
kontribusi siswa dimana siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
strategi-strategi informal dalam menyelesaikan masalah yang dapat mengarahkan
mereka pada pengkontribusian prosedur pemecahan, dengan bimbingan guru
diharapkan siswa bisa menemukan.
4.Interactivity (interaktivitas)
Interaksi
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru serta siswa dengan perangkat
pembelajaran juga harus ada dalam pembelajaran. Bentuk-bentuk interaksi
misalnya diskusi, penjelasan, persetujuan, pertanyaan, dan sebagainya digunakan
untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk
pengetahuan matematika informal yang ditentukan sendiri oleh siswa.
5.Intertwining (keterkaitan)
Struktur
dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik (unit
pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran
yang lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar